Sabtu, 26 Desember 2009

Persepsi Negatif tentang Matematika

Salah satu yang menjadi problem setiap orang dalam mempelajari matematika ialah adanya persepsi yang menyatakan bahwa pelajaran matematika itu adalah pelajaran yang menakutkan,sehingga kurang disenangi, dan kerap dianggap sangat krusial.
Siswa akan takut duluan jika menghadapi pelajaran ini. Dan mungkin jika kita berbicara tentang matematika mungkin ibarat membicarakan sebuah “monster” yang menakutkan .
Bisa di bilang mata pelajaran yang amat berat dan sulit sekali, bahkan ada plesetan “MATEMATIKA ADALAH MATI-MATIAN”, yang jelas ada sebagian siswa menganggap belajar matematika harus dengan berjuang mati-matian dengan kata lain harus belajar ekstra ulet, rajin, keras, pantang menyerah. Hal ini menjadikan matematika laksana “Moster” yang mesti di takuti dan malas untuk dipelajari. hal lain yang menyebabkan sulitnya matematika bagi siswa karena mereka menggap pembelajaran matematika kurang bermakna.
Fakta menunjukkan, tidak sedikit siswa sekolah yang masih menganggap matematika adalah Pelajaran yang bikin “stress”, membuat pikiran bingung, menghabiskan waktu dan cenderung hanya mengotak-atik rumus yang tidak berguna dalam kehidupan, ilmu hafalan dari sekian banyak rumus, selalu berhubungan dengan kecepatan menghitung, ilmu abstrak dan tidak berhubungan dengan realita, serta ilmu yang membosankan, kaku, dan tidak rekreatif.
Akibatnya, matematika dipandang sebagai ilmu yang tidak perlu dipelajari dan dapat diabaikan.

Anggapan-anggapan tersebut adalah pendapat yang menyesatkan mengenai matematika. Anggapan salah ini memberi andil besar dalam membuat sebagian masyarakat merasa alergi bahkan tidak menyukai matematika. Akibatnya, mayoritas pelajar mendapat nilai buruk untuk bidang studi ini, bukan lantaran tidak mampu, melainkan karena sejak awal sudah merasa alergi dan takut sehingga tidak pernah mendapat nilai yang bagus.

Anggapan yang menyatakan Matematika adalah ilmu yang sangat sukar, membuat hanya sedikit orang atau siswa dengan IQ minimal tertentu yang mampu memahaminya
Ini jelas menyesatkan. Meski bukan ilmu yang termudah, matematika sebenarnya merupakan ilmu yang relatif mudah jika dibandingkan dengan ilmu lainnya
Selain itu, anggapan matematika itu adalah pelajaran yang menakutkan, karna mereka fikir matematika adalah ilmu hafalan dari sekian banyak rumus. Sehinngga membuat siswa malas mempelajari matematika dan akhirnya tidak mengerti apa-apa tentang matematika. Padahal, sejatinya matematika bukanlah ilmu menghafal rumus, melainkan cukup dimengerti konsepnya.
Kerap juga banyak orang brpendapat bahwa matematika hanya selalu berhubungan dengan kecepatan menghitung. Memang, berhitung adalah bagian tak terpisahkan dari matematika, terutama pada tingkat SD. Tetapi, kemampuan menghitung secara cepat bukanlah hal terpenting dalam matematika. Yang terpenting adalah pemahaman konsep. Melalui pemahaman konsep, kita akan mampu melakukan analisis (penalaran) terhadap permasalahan (soal) untuk kemudian mentransformasikan ke dalam model dan bentuk persamaan matematika. Jika permasalahan (soal) sudah tersaji dalam bentuk persamaan matematika, baru kemampuan menghitung diperlukan. Itu pun bukan sebagai sesuatu yang mutlak, sebab pada saat ini telah banyak beredar alat bantu menghitung seperti kalkulator dan komputer. Jadi, anggapan yang lebih tepat adalah matematika selalu berhubungan dengan pemahaman dan penalaran.

Ada juga yang menyatakan bahwa matematika adalah ilmu abstrak dan tidak berhubungan dengan realita.anggapan ini ini jelas-jelas salah kaprah, sebab fakta menunjukkan bahwa matematika sangat realistis. Dalam arti, matematika merupakan bentuk analogi dari realita sehari-hari. Contoh Robot cerdas yang mampu berpikir berisikan program yang disebut sistem pakar yang didasarkan kepada konsep Fuzzy Matematika. Hitungan aerodinamis pesawat terbang dan konsep GPS juga dilandaskan kepada konsep model matematika, goneometri, dan kalkulus. Selain itu, hampir di semua sektor, teknologi, ekonomi dan bahkan sosial, matematika berperan secara signifikan dan Hampir semua teori-teori ekonomi dan perbankan modern diciptakan melalui matematika. selain itu anggapan yang membuat matematika adalah ilmu yang membosankan, kaku, dan tidak rekreatif, jelas keliru. Meski jawaban matematika terasa eksak lantaran solusinya tunggal, tidak berarti matematika kaku dan membosankan. Walau jawaban hanya satu cara atau metode menyelesaikan soal matematika sebenarnya boleh bermacam-macam.Sebagai contoh, untuk mencari solusi dari dua buah persamaan, dapat digunakan tiga cara yaitu, metode subtitusi, eliminasi, dan grafik. Selain tidak membosankan, matematika juga rekreatif dan menyenangkan.
Albert Einstein, tokoh fisika terbesar abad ke-20, menyatakan bahwa matematika adalah senjata utama dirinya dalam merumuskan konsep relativitasnya yang sangat terkenal tersebut. Menurut Einstein, dia menyukai matematika ketika pamannya menjelaskan bahwa prosedur kerja matematika mirip dengan cara kerja detektif, sebuah lakon yang sangat disukainya sejak kecil. Matematika adalah ilmu yang mudah dan menyenangkan. Karena itu, siapa pun mampu mempelajarinya dengan baik.

Peranan orang tua pun dibutuhkan untuk mengatasi ketakutan akan matematika ini, Orang tua harus memberi kesempatan anak untuk bereksplorasi, observasi dalam keadaan rileks, Tetapi, yang penting untuk diketahui dan dijadikan pegangan adalah bahwa matematika itu merupakan ilmu dasar dari pengembangan sains dan sangat berguna dalam kehidupan. Dalam perdagangan kecil-kecilan saja, orang dituntut untuk mengerti aritmetika minimal penjumlahan dan pengurangan.
Bagi pegawai atau karyawan perusahaan harus mengerti waktu atau jam, Bendaharawan suatu perusahaan harus memahami seluk beluk keuangan, Ahli agama, politikus, ekonom, wartawan, petani, ibu rumah tangga, dan semua manusia “sebenarnya” dituntut menyenangi matematika yang kemudian berupaya untuk belajar dan memahaminya, mengingat begitu pentingnya dan banyaknya peran matematika dalam kehidupan manusia.
Jadi perlu disadari oleh semua pihak, agar peserta dalam belajar matematika perlu upaya untuk mengeleminasi persepsi negatif dan perasaan takut serta tidak menyenangi matematika, sehingga matematika tetap MATEMATIKA, bukan “MATI-MATIAN”

2 komentar: